Pages

Senin, 25 Juli 2011

Seni Pahat & Patung

Fungsi Patung Bagi Suku Dayak
Suku Dayak mengenal seni pahat patung yang berfungsi sebagai ajimat, kelengkapan upacara atau sebagai alat upacara.
Patung Ajimat
Patung sebagai ajimat terbuat dari berbagai jenis kayu yang dianggap berkhasiat untuk menolak penyakit atau mengembalikan semangat orang yang sakit.
Patung Kelengkapan Upacara
Patung-patung kecil untuk kelengkapan upacara biasanya digunakan saat pelaksanaan upacara adat seperti pelas tahun, kuangkai, dan pesta adat lainnya. Patung kecil ini terbuat dari berbagai bahan, seperti kayu, bambu hingga tepung ketan.
Patung Blontang
Patung blontang suku Dayak ini mengingatkan kita pada totem yang dimiliki oleh suku Indian di Amerika.
Patung Alat Upacara
Patung sebagai alat upacara contohnya adalah patung blontang yang terbuat dari kayu ulin. Tinggi patung antara 2 – 4 meter dan dasarnya ditancapkan kedalam tanah sedalam 1 meter.
Motif Pahatan Suku Dayak
Suku Dayak memiliki pola-pola atau motif-motif yang unik dalam setiap pahatan mereka. Umumnya mereka mengambil pola dari bentuk-bentuk alam seperti tumbuhan, binatang serta bentuk-bentuk yang mereka percaya sebagai roh dari dewa-dewa, misalnya Naang Brang, Pen Lih, Deing Wung Loh, dan sebagainya.

DIMANA SENI PATUNG DI JAWA BARAT

Seni selalu hadir pada setiap periode sejarah manusia dengan keaneka ragaman ekspresinya. Sebagai salah satu produk budaya, kesenian selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Karya-karya seni yang kita warisi tidak saja berbeda dari jaman ke jaman, dari satu ruang kebudayaan ke ruang kebudayaan yang lain, juga di dalam kebudayaan yang sama pun terdapat aliran-aliran yang berbeda, malah kadang-kadang sejajar pada waktu yang sama.
Perkembangan yang terjadi berawal dari pandangan manusia yang selalu dinamis dalam ide, yang terefleksi dalam proses dan berakhir pada terbentuknya wujud karya seni. Pendapat tentang apa itu seni nampaknya akan terus berkembang tergantung dari sudut mana mereka memandang. Puluhan definisi, atau ratusan, bahkan ribuan definisi seni akan lahir. Kita dapat membayangkan betapa sulit mencari definisi seni mana yang dijadikan pegangan.
Bila kita bertitik tolak berdasarkan pendapat bahwa seni adalah ungkapan pikiran dalam suatu bentuk nyata, maka kemungkinan penyebab perubahan aliran/style dikarenakan adanya perubahan di dalam kesadaran manusia. Dengan demikian karya seni mencerminkan cara berpikir dan pengalaman subjektif pada suatu masa tertentu.
Seni patung sebagai salah satu cabang seni rupa telah hadir jauh sebelum manusia mengenal peradaban modern seperti sekarang. Di zaman itu patung dihadirkan sebagai alat ritual dan dianggap sebagai benda keramat serta disucikan. Sekarang patung telah mengalami perubahan, baik dari segi fungsi, material dan perwujudan bentuk. Patung tidak lagi mencerminkan simbol komunal melainkan bergeser sebagai medium aspirasi pribadi si pematung.
Awal pertumbuhan seni patung di Indonesia diilhami oleh semangat nasionalisme. Tradisi pembuatan patung kepahlawanan di Yogyakarta berlanjut di Jakarta. Identitas patung kepahlawanan dengan gaya realis masih terus diterapkan pada patung-patung monumen yang ditempatkan dibeberapa sudut yang strategis di wilayah kota Jakarta. Dalam hal ini Presiden Soekarno sebagai pecinta seni dan pembina seni sangat berperan dalam menentukan tema dan gaya ekspresi patung.
Para pematung berusaha memberikan interpretasi bentuk dalam batas-batas pesan yang telah dirumuskan dalam bahasa bentuk patung yang mampu membakar semangat perjuangan. Dalam kondisi proses cipta semacam ini karya pematung memang tampak kehilangan kemandiriannya dan kehilangan kebebasan sebagai ciptaan pribadi.
Pertumbuhan seni patung di Indonesia kini cenderung berjalan sendiri-sendiri. Sekelompok pematung konvensional sengaja mempertahankan ideologi pasar sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan investor dan kolektor seni. Sementara kelompok yang menyatakan diri sebagai pematung “modern”, perjalanannya mengarah dan berkiblat kepada konsepsi. Konsepsi yang bertolak pada penonjolan ide, kini merambah dalam berbagai multi; dari multi media sampai multi idea. Instalasi yang mula-mula tumbuh dari tradisi seni patung, telah membaur dengan instalasi dari jurusan yang lain yang sama-sama produk seni rupa kontemporer.
Jelajah Seni Patung Masa Kini
Sekitar paruh pertama 70-an sejumlah mahasiswa seni patung di perguruan seni rupa kita mulai mencoba menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru. Para mahasiswa itu menampilkan macam ragam eksperimen, melintas batas bunyi, bau, dan bahkan menempatkan tubuh sendiri sebagai medium. Eksperimen tersebut kerap didefinisikan “merespons” ruang. Bergesernya patung-patung tunggal ke instalasi, merupakan penjelajahan ruang tak terbatas dalam dunia seni patung itu sendiri.
Instalasi patung untuk pertamakalinya diperkenalkan oleh Jim Supangkat seorang mahasiswa studio seni patung ITB. Pada 1975 ia mengajukan Tugas Akhir berjudul “Kamar Seorang Ibu dan Anaknya”. Karya itu sama sekali melepaskan diri dari sensibilitas sebuah karya patung. Sensasi rupa yang hangat pada patung seperti; bentuk, barik, plastisitas, bergeser ke narasi yang terasa dingin. Muatan cerita tiba-tiba mengambil peran yang jauh lebih besar dari pada penjelajahan bentuk. Kepercayaan pada universitas ditinggalkan, dan ia beralih pada konteks tertentu. Inilah instalasi (patung) pertama walau pun istilah instalasi belum dikenal dimasa itu, diloloskan maju ke sidang akademi. Jim Supangkat lulus sangat memuaskan dengan karya tersebut.Pembaharuan dalam bidang seni patung ini terus berlanjut pada periode berikutnya yang diikuti oleh aksi-aksi dari sejumlah pematung-pematung muda lainnya (mahasiswa studio seni patung), baik di Bandung atau pun di Yogyakarta.
Memasuki abad 21, kita dihadapkan berbagai masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai segi kehidupan yang berkaitan dengan moralitas. Maka munculah beberapa kelompok pematung muda mencoba menawarkan berbagai wacana dalam berbagai bentuk performance art, instalasi art dan collaboration art, sebagai pijakan berkarya. Mereka mencoba mengangkat berbagai wacana politik, sosial, ekonomi, moralitas dalam fenomena yang ia racik dalam multi media dan multi-idea. Mereka tidak lagi membatasi disiplin seni atau cabang seni yang terkotak-kotak oleh modernisme yang lahir dari dorongan untuk menjaga standar nilai estetik. Namun mereka berangkat dari keragaman tafsir dari realitas yang mereka rasakan bersama, sehingga karya-karya mereka bernuansa kehidupan sosial yang mengarah pada universalilasi gagasan, karena mereka nampaknya ingin melepaskan diri dari kungkungan individu yang terhimpit oleh ruang dan waktu.
Seni patung Sumatera Barat
Dalam peta budaya, pengertian “Sumatera Barat” harus dipandang sebagai suatu bentuk yang bercorak multi budaya. Maka pengertian “Seni Patung Sumatera Barat”, bukan berarti seni patung yang dibuat oleh orang Minang saja, tetapi seni patung yang mempunyai “roh” yang bernafaskan Sumatera Barat yang multi-budaya. Yang menjadi permasalahan kini, yakni bagaimana memberikan kehidupan terhadap seni patung yang punya nafas Sumatera Barat yang multi-budaya dan multi-tradisi tersebut.
Sebenarnya yang menjadi permasalahan bukan apa dan seperti apa “Seni Patung Sumatera Barat”, karena dalam mewujudkan karyanya bisa saja dalam bentuk apa pun, seperti; konvensional, modern atau wacana kontemporer, asalkan pematungnya paham dengan apa yang dibuat serta mampu mengkomunikasikannya pada si pengamat. Dan yang terpenting dari semua itu, perlu adanya perenungan apakah karya tersebut sudah memiliki kekhasan dan corak tersendiri dalam peta seni patung Indonesia.
Seni patung berlabel “Sumatera Barat” memang perlu untuk dipertanyakan. Seperti kalimat yang tertera pada judul makalah ini “Dimana Seni Patung Sumatera Barat…?” memiliki makna ambigu, bisa jadi mempertanyakan dimanakah atau sudah muncul atau belumkah seni patung di Sumatera Barat, atau bisa juga memiliki makna bagaimana eksistensi seni patung Sumatera Barat dalam peta perkembangan seni patung Indonesia.
Bila kita melihat perkembangan seni patung di Yogyakarta dan Bandung yang merupakan kota sentra seni di Indonesia, ternyata sebagian besar dari pematungnya yang telah mempunyai nama besar dalam bidang seni patung di Indonesia adalah orang Minang. Nama-nama tersebut diantaranya; Syahrizal Koto, Kasman KS, Rudi Mantofani, Handiwirman, Yusra Martunus, dll (di Yogyakarta) dan Amrizal Salayan (di Bandung). Bagaimana andil pelaku seni khususnya pematung yang berada di kampung halaman (Sumatera Barat) dalam peta seni patung Indonesia?
Sesungguhnya kehidupan seni patung yang sudah berlangsung sejak jaman prasejarah telah memasuki era baru dalam perkembangannya di Indonesia dan merupakan bagian dari kehidupan seni rupa yang terutama mempergunakan media ruang, bentuk, garis dan warna.
Persoalan pematung bukanlah hanya menciptakan karya-karya berkualitas. Di dalam menjalankan profesinya ia akan selalu berhadapan dengan persoalan yang berhubungan dengan masalah hak dan kewajibannya sebagai seorang pematung, yang seringkali cukup rumit dan pada kenyataannya banyak diantara pelaku seni baik seniman, kolektor, galeri serta masyarakat umum memiliki pemahaman yang sangat minim mengenai hal ini.
Pengkayaan bahasa seni rupa merupakan kebutuhan agar penghayatannya dapat semakin meluas ke arah berbagai media sehingga terbuka kemungkinan untuk memperkaya imajinasi dan kemampuan berekspresi. Kebebasan mencipta bagi seniman merupakan hak azazi yang perlu dipertahankan dalam kehidupan berkesenian pada umumnya dan merupakan bagian dari kebebasan manusia secara keseluruhan.
Dengan menyadari semua itu, dengan kesadaran dan tanggung jawab yang mendalam, baik sebagai pribadi maupun warga bangsa, para pematung Indonesia membentuk suatu wadah kegiatan yang bernama Asosiasi Pematung Indonesia disingkat API, yang terbentuk tanggal 7 Juli 2000 berkedudukan di Yogyakarta (API Pusat), untuk selanjutnya diberbagai daerah di seluruh Indonesia dapat didirikan API Daerah.
Adapun API bertujuan untuk membina dan mengembangkan seni patung di Indonesia dengan: a. meningkatkan kreativitas, kemampuan teknis dan kemampuan intelektual para pematung, b. meningkatkan kesadaran berorganisasi dikalangan para pematung, c. meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni patung. Inisiatif kegiatan adalah mengupayakan pertemuan antar para seniman, dan antara seniman dan para pakar dibidang lain, baik dalam cakupan lokal, nasional maupun internasional, dalam rangka meningkatkan kreativitas berkarya dan juga untuk mengembangkan pemikiran dan memperluas wawasan.
Berkaitan dengan itu, Asosiasi Pematung Indonesia cabang Sumatera Barat yang terbentuk pada tanggal 25 Februari 2005 yang lalu mencoba memanfaatkan wadah API sebagai tempat berkumpulnya seniman patung yang berada di Sumatera Barat, dan mengajak pematung senior ataupun para pematung pemula, serta yang berminat dalam bidang seni patung untuk ikut bergabung dan saling bertukar pikiran dalam bidang seni patung, demi memajukan seni patung di Sumatera Barat.
Salah satu program API Sumatera Barat adalah melaksanakan kegiatan pameran seni patung yang Alhamdulillah kegiatan tersebut saat ini sedang berlangsung yang sekaligus merupakan pameran I API Sumatera Barat. Apakah pameran yang bertema “ Jelajah Patung Dalam Tradisi Minang” yang sedang berlangsung ini dapat menjawab minimal sebagian dari jawaban yang kita butuhkan? Jawabannya ada pada kita semua.(*)
(Disampaikan pada diskusi seni patung, Pameran Patung Jelajah Ruang dalam Tradisi Minang Asosiasi Pematung Indonesia / API Sumatera Barat, 20 September 2006 di Taman Budaya Padang)
Baca Selengkapnya - Seni Pahat & Patung

Seni Patung Akan Mempercantik Sekitar Anda



Foto : Vibizlife/Rut Avianti
Membuat karya seni patung itu termasuk dalam seni rupa, yang biasanya dibuat dengan cara dipahat, dibentuk dengan tanah liat atau dicetak. Karya seni patung itu sudah ada di seluruh dunia dan tidak hanya ada di Indonesia. Biasanya di setiap Negara bentuk patungnya berbeda-beda dan salah satunya karena dipengaruhi oleh agama.
Kalau Anda pergi ke negara lain, pasti Anda akan sering meilhat banyak patung-patung berdiri disana. Sehingga tidak jarang, kalau karya seni patung itu ada yang memang sengaja dibuat untuk memberikan ciri khas bagi negara itu atau bisa juga untuk menjadi suatu simbol tertentu. Contohnya saja seperti negara kita sendiri ada Candi Borobudur dan Candi Prambanan, candi itu dibuat karena dipengaruhi oleh agama.
Foto : Vibizlife/Rut Avianti
Foto : Vibizlife/Rut Avianti
Tapi ada juga yang dibuat untuk menjadi simbol negara, yaitu Amerika Serikat dengan patung Liberty dan masih banyak lagi yang lain. Tapi yang pasti karya seni patung itu dibuat karena ada suatu tujuan. Begitu juga dengan patung yang ada di perumahan mewah di kawasan Pondok Indah, patung-patung itu dibuat untuk memberikan rasa nyaman bagi para penghuni dan pengguna jalan.
Foto : Vibizlife/Rut Avianti
Ternyata tujuan membuat patung itu tidak hanya berguna bagi orang-orang yang tinggal disekitarnya, tapi juga bagi orang yang menjadi pengguna dari jalanan itu. Kalau begitu membuat patung ada untungnya juga kan ? Bahkan karya seni yang satu ini, dapat mempercantik lingkungan di sekitar Anda.
(rut avianti/VBL)
Baca Selengkapnya - Seni Patung Akan Mempercantik Sekitar Anda

Seni patung

Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).

Asia

Berbagai macam jenis patung terdapat di banyak wilayah yang berbeda di Asia, biasanya dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sejumlah besar patung Hindu di Kamboja dijaga kelestariannya di Angkor, akan tetapi penjarahan terorganisir yang terjadi berdampak besar pada banyak situs peninggalan di negara itu. Lihat juga Angkor Wat. Di Thailand, kebanyakan patung dikhususkan pada bentuk Buddha. Di Indonesia, patung-patung yang dipengaruhi agama Hindu banyak ditemui di situs Candi Prambanan dan berbagai tempat di pulau Bali. Sedangkan pengaruh agama Buddha ditemui di situs Candi Borobudur.
Di India, karya patung pertama kali ditemukan di peradaban Lembah Indus (3300-1700) SM. Ini adalah salah satu contoh awal karya patung di dunia. Kemudian, setelah Hinduisme, Buddhisme dan Jainisme berkembang lebih jauh, India menciptakan patung-patung tembaga serta pahatan batu dengan tingkat kerumitan yang besar, seperti yang terdapat pada hiasan-hiasan kuil Hindu, Jain dan Buddha.
Artifak-artifak yang ditemukan di Republik Rakyat Cina berasal dari sekitar tahun 10.000 SM. Kebanyakan karya patung Tiongkok yang dipajang di museum berasal dari beberapa periode sejarah, Dinasti Zhou (1066-221 SM) menghasilkan bermacam-macam jenis bejana perunggu cetak dengan hiasan yang rumit. Dinasti Qin (221-206 SM) yang terkenal dengan patung barisan tentara yang dibuat dari terracota. Dinasti Han (206 SM - 220AD) dengan patung-patung figur yang mengesankan kekuatan. Patung Buddha pertama ditemui pada periode Tiga Kerajaan (abad ketiga). Yang dianggap sebagai zaman keemasan Tiongkok adalah periode Dinasti Tang, pada saat perang saudara, patung-patung figur dekoratif dibuat dalam jumlah banyak dan diekspor untuk dana peperangan. Kemudian setelah akhir Dinasti Ming (akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi museum, lebih banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah--dan pada abad 20 yang gegap gempita sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya patung, meskipun saat itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim komunis, dan pada pergantian abad, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya patung komersial (patung figur miniatur, mainan dsb) dan seniman garda depan Tiongkok mulai berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.
Di Jepang, karya patung dan lukisan yang tak terhitung banyaknya, seringkali di bawah sponsor pemerintah. Kebanyakan patung di Jepang dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan berkurangnya peran tradisi Buddhisme, jenis penggunaan bahannya juga berkurang. Selama periode Kofun (abad ketiga), patung tanah liat yang disebut haniwa didirikan di luar makam. Di dalam Kondo yang berada di Horyu-ji terdapat Trinitas Shaka (623), patung Buddha yang berupa dua bodhisattva serta patung yang disebut dengan Para Raja Pengawal Empat Arah. Patung kayu (abad 9) mengambarkan Shakyamuni, salah satu bentuk Buddha, yang menghiasi bangunan sekunder di Muro-ji, adalah ciri khas dari patung awal periode Heian, dengan tubuh berat, dibalut lipatan draperi tebal yang dipahat dengan gaya hompa-shiki (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang terkesan serius dan menarik diri. Sekolah seni patung Kei, menciptakan gaya patung baru dan lebih realistik.

Afrika

Seni rupa di Afrika memiliki penekanan pada seni patung. Para seniman Afrika cenderung lebih menyukai karya tiga dimensi dibandingkan dengan dua dimensi. Meskipun para antropolog berpendapat bahwa patung yang mula-mula dikenal di Afrika berasal dari kebudayaan Nok di Nigeria sekitar tahun 500 SM, karya-karya seni Afrika Pharaonic (berkaitan dengan zaman Mesir kuno), kurun waktunya lebih awal daripada periode Nok. Patung logam yang berasal dari bagian timur Afrika barat, seperti Benin, dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dihasilkan.
Patung diciptakan dan disimbolkan mencerminkan tempat asal di mana patung tersebut dibuat. Berdasarkan bahan dan teknik yang digunakan serta fungsinya, karya patung berlainan dari satu daerah ke daerah lain.
Di Afrika Barat figur patung memiliki tubuh memanjang, bentuk bersudut, dan tampilan wajah yang lebih merepresentasi bentuk ideal daripada individual. Figur-figur tersebut dipakai dalam ritual keagamaan dan seringkali permukaannya dilapisi bahan lewat upacara sesaji. Berlawanan dengan ini adalah patung yang diciptakan oleh penduduk Afrika Barat yang berbahasa Mande. Patung karya mereka terbuat dari kayu memiliki permukaan melebar dan rata sementara lengan dan kakinya berbentuk seperti silinder.
Di Afrika Tengah ciri khasnya termasuk wajah yang berbentuk seperti hati yang melengkung ke dalam serta pola lingkaran dan titik. Meskipun beberapa kelompok lebih menyukai penciptaan wajah dengan bentuk geometris dan bersudut. Bahan yang digunakan adalah kayu, yang paling banyak digunakan, juga gading, tulang, batu, tanah liat serta logam. Kawasan Afrika Tengah memiliki gaya patung yang menyolok yang dengan mudah dapat diidentifikasi dari mana asal patung itu dibuat.
Satu jenis karya tiga dimensi yang dibuat di kawasan Afrika Timur adalah patung tiang. Tiang dipahat berbentuk manusia dan dihias dengan bentuk-bentuk geometris, sementara bagian puncaknya dipahat dengan figur orang, binatang atau objek-objek lain. Tiang ini ditaruh di dekat makam dan diasosiasikan dengan kematian.
Patung figur dari tanah liat tertua yang dikenal di Afrika Selatan berasal dari tahun 400 sampai 600 AD dan memiliki kepala berbentuk silindris. Figur dari tanah liat ini memiliki tampilan berupa gabungan antara manusia dan binatang. Selain patung tanah liat ada juga sandaran kepala dari kayu yang dikuburkan bersama pemiliknya dalam makam. Sandaran kepala ini berupa bentuk geometris atau figur binatang.

Mesir

Karya seni patung Mesir kuno dikembangkan untuk merepresentasikan dewa-dewa Mesir kuno, juga para Fir'aun, dalam bentuk fisik. Aturan-aturan yang sangat ketat diikuti ketika menciptakan karya patung; patung laki-laki dibuat lebih gelap daripada patung perempuan; dalam patung berposisi duduk , tangan harus diletakkan pada lutut dan aturan-aturan tertentu dalam menggambarkan para dewa. Peringkat artistik didasari atas kesesuaian dengan aturan, dan aturan tersebut diikuti secara ketat selama ribuan tahun, sehingga penampilan patung tidak banyak berubah kecuali selama periode singkat semasa pemerintahan Akhenaten dan Nefertiti, diperbolehkan penggambaran secara naturalistik.

Eropa

Romawi Yunani Klasik

Seni patung klasik Eropa merujuk pada seni patung dari zaman Yunani Kuno, Romawi kuno serta peradaban Helenisasi dan Romanisasi atau pengaruh mereka dari sekitar tahun 500 SM sampai dengan kejatuhan Roma di tahun 476 AD, istilah patung klasik juga dipakai untuk patung modern yang dibuat dengan gaya klasik. Patung-patung klasik Eropa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Figur badan penuh: berupa laki-laki muda atletis atau wanita telanjang.
  2. Portrait: menunjukkan tanda-tanda usia atau karakter yang kuat.
  3. Memakai kostum serta atribut dewa-dewi klasik
  4. Peduli dengan naturalisme didasari dengan observasi, seringkali memakai model sungguhan.
Bentuk patung telanjang biasanya diterima secara luas oleh masyarakat, didasari pada lamanya tradisi yang mendukungnya. Tapi adakalanya, ada yang berkeberatan dengan tema ketelanjangan ini, biasanya dari kalangan fundamentalis moral dan relijius. Contohnya, beberapa patung Yunani koleksi Vatikan dihilangkan penisnya.

Periode Gothik

Mata rantai yang menghubungkan seni, dalam hal ini adalah arsitektur, Eropa zaman pertengahan (Gothik) dengan seni arsitektur Romawi disebut dengan periode Romanesque. Karya seni patung Gothik awal adalah dari pengaruh agama Kristen, serta lahir dari dinding gereja dan biara. Patung yang terdapat di Chartres Cathedral (sekitar th. 1145) di Perancis merupakan karya patung awal zaman Gothik. Di Jerman, terdapat di Cathedral Bamberg dari tahun 1225. Di Inggris, karya patung hanya terbatas pada yang dipakai pada batu nisan serta dekorasi non figur (sebagian ini disebabkan karena ikonoklasme Cistercian). Di Italia, masih dipengaruh bentuk-bentuk zaman klasik, seperti yang terdapat pada mimbar Baptistery di Pisa serta di Siena.

Renaisans

Pada zaman renaisans, seni patung juga turut dihidupkan kembali, bahkan dalam beberapa kasus lebih dulu dibandingkan dengan karya seni lain. Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah Donatello, dengan karya patung perunggunya, David (jangan keliru dengan David-nya Michelangelo). Ini merupakan karya patung awal zaman Renaisans. Demikian juga dengan Michelangelo yang selain membuat patung David, juga membuat Pietà. Patung David dari Michelangelo merupakan satu contoh gaya kontraposto dalam menggambarkan figur manusia. Masih ada beberapa periode dari zaman renaisans ke modernisme yang dipengaruhi oleh perubahan politik, gerakan kebudayaan atau hal lain, yaitu periode mannerisme, baroque danModernisme
Auguste Rodin merupakan salah satu pematung Eropa terkenal dari awal abad 20. Ia seringkali disebut sebagai seniman patung Impresionis. Seni patung modern klasik kurang berminat pada naturalisme, detail anatomi atau kostum dan lebih tertarik pada stilisasi bentuk, demikian juga pada irama volume dan ruang. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya seni patung modern klasik kemudian diadopsi oleh dua penguasa totalitarian Eropa: Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sementara di kawasan Eropa lain, gaya ini berubah menjadi bersifat dekoratif/art deco (Paul Manship, Carl Milles), stilisasi abstrak (Henry Moore, Alberto Giacometti) atau lebih ekspresif. Gerakan modernis dalam karya seni patung menghasilkan karya Kubisme, Futurisme, Minimalisme, Instalasi dan Pop art.

Seni Patung Kontemporer

Patung domba
Di zaman sekarang dimana seni kontemporer mulai berkembang pesat, patung bisa menjadi semacam 'seni pertunjukan'. Misalnya di beberapa tempat seperti Tiongkok, Jepang, Kanada, Swedia dan Rusia diadakan festival patung es yang diselenggarakan secara berkala. Istilah patung kinetik dipakai untuk patung yang dirancang untuk bisa bergerak. Beberapa seniman yang membuat karya patung kinetik adalah: Marcel Duchamp, Alexander Calder, George Rickey dan Andy Warhol.
== Seni Patung di Indonesia == seni patung di Indonesia adalah seni yang diciptaan dengan funsinya sendiri - sendiri. contohnya di Bali patung digunakan untuk bersembahyang berbebeda dengan daerah lain.
Baca Selengkapnya - Seni patung

Seni Rupa Pluralisme




Seni rupa, sebagai sebuah entitas kesenian yang lentur dan terbuka, memiliki sifat dasarnya yang makin hari makin tak terbendung menerima pluralitas nilai-nilai. Hal tersebut semakin menarik untuk dicermati, apalagi ditunggangi oleh berbagai kepentingan arus utama posmodernisme yang mengacu atas nama bagaimana seni rupa dibaca ulang tak hanya sebagai keperluan estetika an sich semata.

Ini juga berlaku dengan makin ditinggalkannya paradigma kuno art for art shake (seni dicipta sebagai hanya untuk kelangsungan hidupnya sendiri). Kita bisa menjadi saksi, misalkan sejak tampilnya karya Duchamp yang menghebohkan dunia di Amerika dengan mengusung kloset ke ruang pameran untuk menyindir produk budaya masa, atau almarhum Semsar Siahaan dengan G-8 Pizza-nya mengolok-olok dominasi kelompok negara-negara utara yang mengeksploitasi dunia berbentuk karya rupa limas segi delapan dari kardus di Galeri Nasional Indonesia tahun lalu.

Belum lagi, dalam kaitannya dengan realitas material, seni rupa memiliki sifat ambigunya sebagai sebuah produk industri ”life style” dan mereproduksi makna-makna yang kadang kerap”membingungkan”, namun toh tetap bisa dikomersialkan. Alih-alih, menyerap fenomena cara berpikir kesenian Barat, malah menimbulkan terdepaknya seni tradisi atau semakin tak tersentuhnya seni lokal yang berakar pada spiritualitas, yang notabene adalah elemen penting tempat bersandarnya jiwa manusia selain kebutuhan keindahan fisik. Dengan sifat pluralitasnya itu pula, seni rupa terancam akan bagaimanakah sifatnya di masa depan yang serba tak terkontrol dan dianggap sebagai produk yang dianggap ”sah-sah saja” ditampilkan di publik dalam konsep, misi, format dan bentuk ekspresi apa pun. Tak ada penentu nilai yang paling sahih dan dijadikan pegangan pasti untuk mengenalnya sebagai sebuah karya dari budi dan daya insan seni manusia Indonesia.

Perlu adanya sebuah paradigma khusus yang akan memandu membedakannya. Maka, di sini dibutuhkan kajian ilmu pengetahuan yang serius namun kontekstual sebagai jembatan pengertian atas proses berkesenian yang tak terjerumus pada ”pencanggihan” wacana ataupun konsep-konsep yang diusung oleh para penggiat seni yang cenderung memiliki arah ”penyesatan” kepada publik. Untuk menampilkan parasnya yang utuh dan tak sekedar dipergelarkan, kita mau tidak mau akan menengok pada bagaimana sejatinya tugas yang diemban oleh kritik seni rupa kita? Terutama dalam relasinya dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan, hal ini sudah tak bisa lagi ditinggalkan sifat urgensinya. 

Mengingat sebagai suatu kebutuhan hidup, seni rupa telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, dan menjadi suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan lainnya.
Dunia seni rupa Indonesia sudah selayaknya mempunyai nilai-nilai khusus tersendiri untuk menjawab ini. Mengutip ahli sejarah, Yudoseputro, bahwa dunia seni secara hakiki pada dasarnya memang memperlihatkan kandungan persepsi yang luas yang mencerminkan identitas profilnya yang tidak tunggal sehingga setiap jawaban dari permasalahannya memunculkan berbagai substansi yang kait-mengkait.

Maka menjadi lazim, jika tuntutan perhatian terhadap kritik seni rupa dewasa ini tampaknya semakin meluas, dan tidak hanya dimonopoli lagi oleh lembaga-lembaga yang secara konvensional menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang seni rupa saja. Perhatian terhadap kritik seni rupa sebagai suatu masalah ilmu pengetahuan mandiri yang terelasi dengan disiplin-disiplin ilmu lain, misalnya antropologi, sosiologi, psikologi, filsafat dan sejarah semakin berkembang. Maraknya tulisan-tulisan kritik jurnalistik di media massa, internet, buletin seni rupa dan jurnal khusus yang membahas fenomena-fenomena yang terjadi di dunia seni rupa Indonesia dengan sumber rujukan kajian-kajian teranyar semisal culture studies adalah sebagai bukti.
 
Kerangka kritik yang diaplikasikan dari sumber berbagai disiplin keilmuan itu, tentu saja, secara paradigmatik dijaga dengan gugusan teori, konsep, dan metode yang secara spesial melekat pada konvensi ilmu yang bersangkutan sebagai acuannya, yakni pendekatan kritik yang bersifat monodisipliner; yang karena itu sangat monolitik sifatnya. Dengan demikian, upaya untuk memulai memberikan perhatian pada kritik seni rupa dengan membuka pintu terhadap ilmu seni (science of art) dari berbagai disipliner ilmu akan memberi sumbangsih rumusan paradigma baru yang lentur, luwes, berasas lintas sektoral, dan multidisiplin. Seni rupa sebagai sebuah gejala seni yang kompleks dan plural, memerlukan juga kritik seni rupa dengan kajian perbandingan yang setara dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Pada prinsipnya kajian tersebut memerlukan main theory mendasar, dan ini berimbas dari hasil studi berbagai disiplin ilmu yang didudukkan secara bersama. Atau boleh disebut sebagai reaksi atas asas keterpaduan antar-ilmu yang telah bermetamorfosis ini, berupa Metateori mandiri yang sekaligus teruji untuk menjadi wawasan mantap yang dapat memberi tempat utama sebagai alat penguji. Metateori inilah yang akan menjadi kerangka acuan yang disebut paradigma kritik seni rupa, yakni sebuah perangkat karakteristik keyakinan dan prakonsepsi, yang kemudian mencakup komitmen bersama (mind set/cara berpikir bersama) dalam mengimplementasikannya secara instrumental, teoretik, bahkan dalam jangkauan metafisik sekalipun.

Dengan pertimbangan di atas, perlu dirasakan urgensinya menyusun suatu prosedur penelitian dan pengujian terhadap metodologi yang digunakan dalam penelitian kritik seni rupa yang berkembang ke arah yang semakin kompleks.

Fenomena tersebut, tampaknya secara serta-merta sejalan dengan perkembangan dalam disiplin-disiplin ilmu lain, misalnya dalam ilmu pengetahuan sosial yang menawarkan sejumlah paradigma alternatif dalam penelitian, dari pijakan filsafat ilmu pengetahuannya yang bergeser dari posisi positifisme (analisis ilmu pengetahuan alam) menuju keposisi yang kompleks (dimasukkannya disiplin ilmu-ilmu humaniora atau bahkan metafisika dalam membedah ilmu pengetahuan sosial).

Pada akhirnya nanti, kritik seni rupalah dengan pengayaan dari berbagai inter disipliner ilmu dengan seluruh hasilnya—proyek penelitian, penerbitan jurnal, tulisan katalog pameran, seminar dan pendidikan khusus, penerbitan buku sejarah atau filsafat seni Indonesia, buku pedoman yang menjadi pegangan pelaksana kebijakan publik seni rupa oleh pemerintah dll—yang akan memberi gambaran secara gamblang dan tidak bersifat eksklusif terhadap identitas dan karakteristik yang bagaimanakah anatomi dunia seni rupa kita sekarang ini, selain bisa menjelaskan seberapa jauhkah pluralitas yang disandangnya.

Out put dari ”perkawinan-kesetaraan inter disipliner” metode di atas, sepenuhnya tugas penting dan tanggung jawab bersama di antara elemen-elemen yang membentuk art world kita, terutama kalangan ilmuwan seni.

Di antaranya boleh disebut sejarawan seni, kritikus, kurator, mahasiswa yang memiliki minat pada penelitian kritik seni rupa ataupun para pekerja seni secara umum dan tentu saja peran pemerintah untuk memfasilitasi.

Kritik seni rupa menjadi sebuah ”mantra utama” yang terukur dan menjadi pegangan identitas seni rupa kita. Lebih dari sekadar digunakan sebagai media ”komentator” berbagai pameran lukisan parsial berupa tulisan di katalog atau ”akrobat wacana” untuk karya kontemporer misalnya di berbagai ruang-ruang seni publik. 

Namun, secara langsung menjadi sumber utama cara memandang atau berpikir dalam memahami dinamika pluralitas seni rupa dewasa ini. Semua ini, tentu membutuhkan energi yang luar biasa dari kita bersama untuk tanpa henti memperjuangkan keberadaannya.

Baca Selengkapnya - Seni Rupa Pluralisme

Sejarah seni lukis di Indonesia




Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
Baca Selengkapnya - Sejarah seni lukis di Indonesia

SENI GRAFIS


Seni grafis adalah salah satu bidang seni rupa yang bergerak pada bidang pencetakan, baik pencetakan yang berupa teknik manual maupun yang sudah digital, diantara keduanya sama-sama grafis istilahnya namun dalam takaran seni perlu dibahas lebih lanjut. Seni grafis secara kasar dapat digolongkan ke dalam salah satu seni murni, hal ini didasarkan atas tujuan dan fungsi yang dibawa,yaitu untuk memenuhi kepuasan atau untuk mengekspresikan diri. Adapun jika tujuan itu sudah bergeser dari tujuan awal untuk memenuhi kepuaasan atau mengekspresikan diri,maka timbul pertanyaan apakah seni grafis tersebut dapat digolongkan kedalam seni murni atau seni terapan?,hal ini perlu dikaji lebih lanjut.
Perkembangan dunia percetakan tidak dapat dipungkiri telah berjalan dengan cepat. Meski demikian secara dasar teknik-teknik yang dipergunakan sama dengan berbagai teknik yang sudah lama digunakan seperti relief print, intaglio print, dsb, hanya saja ada beberapa aplikasi baru yang dapat digunakan dalam pembuatan seni grafis yang tidak jarang hasil yang dicapai lebih memuaskan. Aplikasi tersebut berupa pemanfaatan media komputerisasi sebagai sarana desain juga sarana pemudah pencetakan melalui digital printing.
Pemanfaatan media komputeisasi ini merupakan pemicu awal munculnya anggapan bahwa seni grafis mulai bergeser dari fungsi awalnya sebagai seni murni menjadi fungsi seni terapan bersanding dengan seni kriya dan desain. Anggapan pergeseran ini didasarkan pada tujuan pembutan karya itu sendiri, dengan munculnya media komputer maka kemudahan dalam hal pencapaian kuantitas yang diinginkan semakin menjanjikan sehingga semakin menggiurkan para seniman grafis ( pada mulanya) untuk terjun dalam dunia marketing. Selain dikuatkan oleh berbagai kemudahan tersebut pergeseran juga didorong oleh kebutuhan hidup yang semakin pelik disertai penyediaan peralatan untuk komputerisasi yang tidak murah.
Namun dalam hal ini tidak semuanya teknik grafis dapat dipukul rata dengan komputerisasi secara absolut, ada tiga teknik dari 4 teknik yang tidak dapat menggunakan teknik komputerisasi, yaitu teknik cetak tinggi, cetak dalam, dan cetak datar. Adapun cetak sablon dapat diganti dengan komputerisasi dikarenakan konsep dasar sablon adalah penciptaan karya 2 D tanpa tekstur, dan tanpa degradasi yang detail yang kesemua itu dapat dilakukan oleh komputer dengan mudah dan hasil yang lebih memuaskan (memakai software pendukung seperti corel,adobe,auto cad,dsb)
Teknik cetak tinggi, cetak dalam, dan cetak datar tidak dapat dipukul rata dengan sistem komputerisasi karena ketiganya memiliki ciri khusus yang tidak dapat digantikan fungsinya oleh komputer , meskipun dapat digantikan maka akan mempunyai karakteristik sendiri. Ciri- ciri khusus tersebut antara lain adalah ketiganya memiliki unsur tekstur,dan unsur goresan alamiah yang dihasilkan oleh acuan serta efek warna yang dapat diolah secara khusus oleh seniman dengan gayanya sendiri tentunya. Selain itu ada ciri khusus yang sifatnya dilandaskan pada kerumitan dan usaha keras yang dilakukan untuk menghasilkan karya grafis yang spektakuler, kerumitan dan usaha keras ini dapat mencangkup semua jenis teknik sebab kerumitan selalu disandarkan pada hal yang sifatnya manual dari pada otomatis (komputer).
Guru besar Seni Grafis Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Setiawan Sabana, mengungkapkan,”
berkembangnysa seni rupa, khususnya seni grafis, tidak independen. Banyak faktor lain yang memengaruhi, terutama infrastruktur atau teknik dan bahan dasar pembentuk media seni. “
Setiawan menegaskan,” seni grafis “berhak” berkembang dan sejajar dengan seni rupa lainnya. Seni tidak bisa dikotak-kotakkan dalam arus utama tertentu. “Janganlah kita batasi dan persoalkan medianya. Yang penting, isinya. Seni grafis yang konvensional sekalipun tidak bisa menutup diri dari perubahan zaman. Kontemporerisasi menjadi pilihan. Sebab, sejatinya negara ini memang tidak punya akar tradisi seni grafis. Kalau kita terus mengacu ke Eropa, kapan kita akan mengejar,” (kompas, 20 Maret 2007)
Sehingga dalam kaitannya dengan media yang dipakai dalam pengungkapan kreatifitas seni grafis seharusnya tidak perlu diperdebatkan, yang utama adalah seni grafis yang meng-indonesia.
Kajian singkat di atas adalah secarik pembahasan terkait muncullah istilah seni murni dan seni terapan. Keduanya adalah sama-sama seni hanya saja karena perbedaan tujuan dan perkembangan teknologilah istilah tersebut muncul. Teknologi adalah ikon terpenting yang memunculkan istilah tersebut. Teknologi adalah ikon modern, juga modernisasi. Semakin canggih teknologi semakin modern, dan itulah modernisasi. Modernisasi adalah sebuah upaya menyesuaikan kebiasaan dengan konstelasi ( gaya atau tren) dunia (Jim Supangkat). Konstelasi abad modern pada awalnya didominasi pemikiran Eropa Barat dan Amerika. Namun dalam era globalisasi, formasi konstelasi dunia ditentukan pola perkembangan negara-negara maju. Kedua tahap itu pada kenyataannya mengakibatkan sebuah penyeragaman dunia.
Seni grafis secara tidak langsung ( pada teknik tertentu) mulai menjamah modernisasi ( seni grafis modern). Hal ini ditandai dengan munculnya teknik-teknik kreatif baru sebagaimana Rolf Nesch (1893-1975), yang mendapat pengakuan internasional untuk teknik grafis logam, dan artis Sámi John Savio (1902-1938), dengan cetakan kayunya. Stanley Hayter Atelier 17 di Paris, yang berspesialisasi dalam teknik mencetak banyak warna hanya dengan menggunakan satu pelat. Berbagai teknik baru mulai diperkenalkan pada tahun 1970, termasuk cetakan di atas kain sutra, dan kebangkitan seni sketsa baik yang mengandung arti kiasan maupun tidak. Tahun 1970 seringkali dianggap sebagai jaman keemasan seni grafis, Nama yang patut diperhitungkan dalam beberapa tahun terakhir termasuk Bjørn-Willy Mortensen (1941-1993), Per Kleiva (b1933) dan Anders Kjær (1940). (http://www.norwegia.or.id/culture/painting/graphic/graphic.htm)
Dengan munculnya seni grafis modern maka ajang kreatifitas seniman garfis tidak dapat dibendung karena konsep dasar seni modern adalah unsur kreatifitas untuk memunculkan sesuatu yang baru. Sehingg a peluang kemunculan seni grafis terapan semakin besar. Hal ini ditandai dengan kemunculan omzet digital printing dan sablon yang digelar dalam pasar komersial. Padahal konsep dasar seni (termasuk seni rupa- seni grafis-) terkait estetika seni itu sendiri terletak pada nilainya, sedang nilai itu tidak dapat dikurskan dalam bentuk nominal secara pasti karena nilai itu adalah hal abstrak yang tidak memiliki batasan. Kalaupun karya seni itu dapat dipasarkan maka harga yang didapat adalah biaya operasional dan ongkos seniman atau pencipta, bukan harga dari nilai yang dimiliki karya tersebut. Selain hal itu terdapat manipulasi nilai karya seni grafis yang semakin mempertajam munculnya seni grafis terapan yaitu karya yang disandarkan pada permintaan pasar bukan pada kepuasan ekspresi pencipta.
Penggolongan Seni Grafis Berdasarkan Teknik
Penggolongan seni grafis berdasarkan teknik ini dikarenakan perbedaan acuan dan persyaratan yang harus dimiliki masing-masing teknik. Adapun teknik-teknik tersebut adalah teknik cetak tinggi ( Relief Print), teknik seni cetak datar (Surface screen), teknik cetak dalam ( intaglio print) dan tekni cetak saring( silk -screen).
Baca Selengkapnya - SENI GRAFIS

SENI RUPA





Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
Bidang seni rupa
A. Seni rupa murni
* Seni lukis
* Seni grafis
* Seni patung
* Seni instalasi
* Seni pertunjukan
* Seni keramik
* Seni film
* Seni koreografi
* Seni fotografi
B. Desain
* Arsitektur
* Desain grafis
* Desain interior
* Desain busana
* Desain produk
C. Kriya
* Kriya tekstil
* Kriya kayu
* Kriya keramik
* Kriya rotan 



Baca Selengkapnya - SENI RUPA

Seni Rupa Kontemporer

Seni rupa kontemporer merupakan seni yang kemunculannya lebih dipengaruhi oleh waktu saat karya itu diciptakan (bersifat kekinian dan temporer). Tema yang diangkat dalam penciptaan karya seni rupa kontemporer tentang sesuatu yang berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi pada batasan waktu tertentu.
Kartika, putri dari pelukis terkenal Affandi. Karya besar Kartika, seperti “Wanita Dayak”, 1977, cat minyak, kanvas. Lukisan ini menunjukkan gaya yang berbeda dengan karya sesudahnya. Seniman ini merupakan direktur Yayasan Affandi.
Seni instalasi diperuntukkan suatu karya seni yang terdiri-dari beberapa bagian dalam satu unit, karya-karya seperti ini biasanya mengandung pesan sosial. Seni instalasi juga dapat dimaknai sebagai karya seni yang terdiri atas komposisi dan manipulasi objek-objek untuk menyampaikan sebuah pesan.
Seni instalasi karya Agus Suwage dengan tema “Dongeng dari Bumi yang resah” merupakan hasil teknik campuran. Karyanya tersebut hasil komposisi dari beberapa lukisan yang menimbulkan keindahan baru.
Karya seni instalasi Krishna Murti yang dibuat tahun 1995, juga menunjukkan manipulasi objek-objek yang dikomposisikan pada suatu ruangan yang diberi tema “Let the rock be the rock”.
Contoh lain karya seni rupa kontemporer berupa lukisan pada bagian tubuh manusia, lebih dikenal dengan karya body painting. Melukis pada tubuh manusia juga merupakan seni manipulasi tubuh manusia, seniman berusaha menciptakan kesan baru pada bagian tubuh manusia, seperti manipulasi bentuk binatang, buah-buahan, bunga dan bentuk-bentuk imaginasi.
Baca Selengkapnya - Seni Rupa Kontemporer

Menikmati Karya Seni

Seni, sebuah penilaian serta persepsi yang bersifat relatif. Bahkan kadang-kadang kita memiliki perbedaan pendapat serta penilaian dari sebuah arti serta makna dari seni itu sendiri. Ketika seseorang mengatakan sebuah objek itu indah, belum tentu anggapan tersebut sama dengan anggapan kita. Dalam segi keilmuan, ilmu seni itu sendiri terdiri dari banyak bidang. Mungkin jika anda mencoba browse, banyak sekali bidang yang tergolong dalam kategori seni, seperti seni musik, seni patung, seni lukis, dan masih banyak lagi. Kemudian berdasarkan Mas Wiki, arti seni itu sendiri sangat sulit untuk dijelaskan.


Makna seni itu sendiri memang hanya dapat dinilai berdasarkan pandangan serta persepsi masing-masing individu. Tapi menurut pribadi saya sendiri, seni itu juga merupakan hasil karya serta ekspresi individu yang membuatnya, serta dinilai berdasarkan kacamata dan perasaan juga dari sisi mana setiap individu menilai objek terhadap sebuah makna seni itu sendiri. Seperti seni tato, bagi sebagian orang seni tato adalah sebuah wujud ekspresi yang menyimpan keindahan dan diabadikan pada tubuh mereka. Meskipun saya sendiri (atau mungkin anda juga begitu) mengartikan seni tato adalah seperti itu, namun bagi orang lain, mereka belum tentu akan menuangkan ekspresi tersebut pada tubuh mereka.


Contoh lainnya adalah ketika terjadi sebuah perbedaan pendapat antara saya dengan orang tua saya tentang keindahan sebuah lukisan. Meskipun hanya sebuah lukisan ayam, namun saya melihat sebuah keunikan serta nilai plus dari lukisan tersebut, namun orang tua saya memberikan sebuah penilaian dari makna dan karakteristik orang yang melukis lukisan tersebut. Huff…, benar-benar membingungkan. Tapi ternyata itulah sebuah seni, selain itu sebuah pembuktian bahwa terkadang sebuah objek tidak selalu memiliki arti atau makna yang sama. Mungkin anda akan merasakan hal tersebut ketika melihat sebuah keindahan dari sebuah karya seni, atau mungkin ketika anda berada pada Gallery Seni. Menikmati suasana ketika berada pada Gallery Seni memang sangat mengasyikkan, image terhadap ‘keindahan’ menyelimuti setiap objek yang ada di dalamnya. Tapi bagi orang yang tidak menyukai seni, tentu itu tidak akan berpengaruh.


Seni dan keindahan adalah satu, tapi belum tentu semua seni itu indah.
Baca Selengkapnya - Menikmati Karya Seni

Arti Sebuah seni


Seni adalah bentuk ekspresi yang dicurahkan dari dalam jiwa manusia, disampaikan dalam berbagai bentuk dan diterima oleh indra. Contohnya seni suara untuk indra pendengar, seni lukis untuk indra penglihat, dll. Jadi kupercaya bahwa di dalam setiap manusia memiliki jiwa seni dan berbeda-beda karena setiap orang diciptakan tidak ada yang sama. Bentuk seni dapat beraneka ragam dan dapat ditemui dimana saja.Dalam mengekspresikan seni tentulah jiwa sangatlah berpengaruh karena akan menentukan karakter dan corak dari seni yang dihasilkan. Keindahan dari sebuah seni tentulah harus didukung akan kemampuan seseorang dalam mengolahnya agar seni tersebut dapat dinikmati oleh orang lain.Seorang seniman tentulah mengerti apa yang hendak dilakukan dan dikerjakannya. Dimana semuanya dilakukan untuk idealis kepuasan dirinya sendiri. Sehingga orang lain yang menikmati hasil seni tersebut dapat merasakan kepuasan yang dirasakan oleh seniman tersebut.Tapi sangat disayangkan karena banyak "seniman jadi-jadian" dimana menghasilkan karya hanya demi sebuah popularitas bukan suatu keindahan. Lebih parahnya para "seniman jadi-jadian" tersebut mencoreng akan arti sebuah seni dan demi sebuah popularitas mereka lupa akan siapa diri mereka. Mengapa kita tidak belajar dan mencontoh dari almahrum Affandi Maestro Seni Lukis Indonesia. Walaupun terkenal ia menjuluki dirinya sendiri adalah Pelukis Kebo (pelukis bodoh) dan merasa senang mengambar karena dengan coretan-coretan gambar Affandi dapat mengungkapkan perasaannya. Btw sebelum terkenal ia pernah bekerja sebagai pelukis poster bioskop yang mana menunjukan bahwa ia memiliki kemampuan untuk melukis bukan hanya sekedar jadi-jadian.
Baca Selengkapnya - Arti Sebuah seni

Seni Kontemporer


Kontemporer berarti sekarang atau masa kini. Seni kontemporer memiliki masa popularitas tertentu sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Seni ini dapat dinikmati pada masa populernya dan apabila sudah lewat maka masyarakat tidak lagi menyukainya. Karya-karya seni kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan Amerika, seperti lukisan karya Andy Warhol dan patung karya Hendri Moore. Belakangan ini, seni kontemporer telah berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang unik, seperti berupa patung dari es, lukisan pada tubuh manusia (body painting), seni instalasi, grafity, dan sebagainya. seni-kontemporer-body-paint.jpg
Baca Selengkapnya - Seni Kontemporer

Seni Modern


Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini aslkan ada unsur kreativitasnya. Karya-karya seni rupa modern dapat dilihat pada lukisan karya Van Gogh, Pablo Picasso, Affandi, Basuki Abdullah, Gunarsa, patung karya G. Sidharta, Edi Sunarso, Nuarta, dan sebagainya. lukisan-modern-karya-basuki.jpg
Baca Selengkapnya - Seni Modern

Seni Tradisional



Tradisi artinya turun temurun atau kebiasaan. Seni tradisional berarti suatu kesnian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma, patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku. Seni tradisi bersifat statis, tidak ada unsur kreatif sebagai ciptaan baru. Sebagai contoh dapat kita lihat pada lukisan gaya Kamasan Klungkung, kriya wayang kulit, kriya batik, kriya tenun, dan sebagainya. lukisan-tradisi-kamasan.jpg
Baca Selengkapnya - Seni Tradisional

Seni Klasik



Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg). Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi. relietprambanan.jpg
Baca Selengkapnya - Seni Klasik

Seni Primitif


Seni primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal ini berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan. Mereka menghuni goa-goa, hidup berpindah-pindah (nomaden) dan pekerjan berburu binatang. Di bidang kesenian, karya seni yang dihasilkan juga sangat sederhana, namun memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan ekspresi mereka. Peninggalan karya seni yang dihasilkan berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap tangan yang terdapat pada dinding goa, seperti pada dinding goa Leang-leang di Sulawesi Selatan, goa-goa di Irian Jaya, dan pada dinding goa Almira Spanyol. Selain karya lukisan, terdapat juga hiasan-hiasan pada alat-alat perburuan mereka yang berupa goresan-goresan sederhana. Karya seni yang dihasilkan hanya merupakan ekspresi perasaan mereka terhadap dunia misterius atau alam gaib yang merupakan simbolis dari perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan takut, senang dan perdamaian. Ciri-ciri lain dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas, tanpa perspektif, dan warna-warnanya terbatas pada warna merah, coklat, hitam, dan putih.
Baca Selengkapnya - Seni Primitif

Puisi Abstrak


Ada beberapa penyair yang barangkali memang sedang sadar telah membuat aliran abstrak dalam puisi-puisinya dengan tendensi berbeda-beda.
Sepakatkah kita bahwa tidak semua puisi dalam bentuk abstrak? Awalnya Puisi Abstrak tidak dikenal di Indonesia. Puisi-puisi bentuk abstrak di kenal sejalan dengan perkembangan Teather di tanah air. Puisi-puisi dalam bentuk abstrak lahir di balik dapur teater, dalam bentuk-bentuk pementasan yang didialogkan! Lalu kemudian terbawa keluar kedunia awam (yang bukan dunia teater, karena tidak semua seniman Sastra Puisi orang teater, tetapi orang teater pasti seorang sastrawan).
Istilah Abstrak memiliki arti, tak berbentuk, tak berpola, yang sifatnya sebagai abstraksi para seniman terhadap persoalan/kejadian atau apapun yang ditangkap dan diolah para seniman itu. Istilah Abstrak dulu “hanya” dipakai untuk kesenian seperti : Lukis, Tari, Patung dan arsitektur! Tapi kemudian juga terbawa dalam bentuk-bentuk sastra.
Dalam bentuk puisi, sesungguhnya yang benar-benar abstrak tidak ada! Puisi adalah bentuk berkesenian yang bermain pada Kosa Kata, Pada Kalimat!
Bukankah setiap Kosa kata dan kalimat memiliki arti? Arti yang dapat kita mengerti dengan jelas, hanya mungkin cara para seniman memainkan kosa kata menjadi kalimat yang tidak umum itu yang membuat kita bingung untuk mengartikannya!
Puisi-puisi Indonesia adalah puisi-puisi yang amat mudah dimengerti. Karya-karya itu dilahirkan di negeri yang polos. Tidak abstrak! Setiap membaca dan mengunyah puisi-puisi Goenawan Muhammad dan Ikranegara, sedari kecil saya melahapnya dengan nikmat. Tidak abstrak.
Baca Selengkapnya - Puisi Abstrak

Seni Drama dan Teater


Keduanya pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Drama memiliki arti perbuatan atau tindakan. Berasal dari bahasa Yunani (negara yang ingin sekali ane kunjungi setelah Mekkah … hehehe …) yaitu Draomai yang berarti berbuat, berlaku atau bertindak. Menurut Aristoteles sendiri, drama adalah imitasi dari suatu tindakan manusia. Sedangkan menurut Moultan, drama adalah kehidupan yang dilukiskan dengan gerak.
Dalam bahasa Belanda sendiri, drama dimaknai dengan Toneel atau sandiwara yang berarti pertunjukkan. Bila dapat disimpulkan, drama diartikan sebagai bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakon dan dialog. Seni drama sendiri merupakan perpaduan seni sastra, seni musik, seni rupa, dengan seni tari. Drama adalah potret kehidupan manusia yang berupa lakuan dan dialog. Dalam drama seseorang memerankan sebuah tokoh dengan meniru watak dan gerak asli di kehidupan sehari – hari.
Bahasa merupakan unsur utama dalam drama. Selain bahasa ada lagi yang menjadi unsur yang tak kalah pentingnya dengan bahasa, yaitu gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Namun, dalam drama bahasa harus dioptimalkan dengan sebaik – baiknya untuk intonasi dan tempo kalimatagar dapat menyampaikan pesan secara sempurna.
Berbicara dengan gerak, posisi, ekspresi dan yang lainnya sudah mengarah pada pengertian drama sebagai seni pementasan. Dalam hal ini drama sama artinya dengan teater. Istilah teater berasal dari Yunani yaitu theatron, yang artinya adalah takjub memandang atau melihat. Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak.

Teater dan Drama
Namun, untuk membedakan drama dengan teater secara lebih mudah, kata drama diartikan sebagai lakon yang dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas, sedangkan teater diartikan sebagai tempat lakon itu dipentaskan. Dengan demikian, seharusnya kita bukan mengajak bermain teater tetapi bermain drama dan bukan menontor teater tetapi menonton drama di teater.
Baca Selengkapnya - Seni Drama dan Teater

Berteater Itu Mudah tapi Tidak Gampang



seniman teater
latihannya seumur hidup
tak ada pensiun buat seorang seniman
kecuali, mati.
Seni teater merupakan kesenian kolektif. Proses kreatif pekerja teater bermunculan melalui ide-ide yang diwujudkan menjadi kenyataan teater. Melakukan pementasan teater berangkat dari naskah lakon bukanlah pekerjaan yang sederhana. Hal ini disebabkan teater bukan pekerjaan individual melainkan membutuhkan kerja bersama. Teater sebagai seni kolektif didalamnya terdapat unsur-unsur seni seperti; seni sastra, peran, musik, tari dan seni rupa. Keseluruhan unsur tersebut menjadi kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan ketika menjadi kenyataan teater. Kenyataan teater harus mampu memberikan suasana dalam mengeksplorasikan segala emosi serta menghidupkan spektakel yang sekaligus sebagai gerak batin dari tokoh-tokohnya.
Teater modern sebuah karya kolektif kreatif. Segala jenis pertunjukan yang di tampilkan di depan penonton menjadi penuturan hidup dan kehidupan manusia. Karya adalah ciptaan yang menimbulkan rasa indah bagi yang melihat dan merasakan. Kolektif, bersama-sama atau secara gabungan. Kreatif, mengandung daya cipta; pekerjaan yang harus di dukung oleh kecerdasan. Begitulah teater sesungguhnya jika di pandang secara kolektifitas.
Sebuah kelompok teater, sudah barang tentu memiliki idiologi baik kekaryaan maupun secara kelompok. Di samping itu pekerja teater harus memiliki keyakinan untuk mengimani dirinya. Kesadaran ini harus di bangun secara terus menerus agar terjadi kebaruan bagi proses kreatif kerja teater. Berteater itu mudah untuk mengatakannya tetapi tidak gampang untuk melaksanakan. Ilmu-kemauan-ketrampilan sangat di butuhkan.
Produksi Teater Itu Untuk Di Tonton.
Teater membutuhkan kekompakan tim produksi dan tim artistik. Kemampuan ini menawarkan wilayah komunikasi teater yang di tonton penonton. Komunikasi teater bersifat empiris, meskipun cakupannya sampai wilayah gagasan, konsep, emosional dan prilaku. Pementasan teater akan berkualitas apabila memiliki kematangan identitas. Kematangan identitas akan tercapai tidak hanya lewat transformasi sastra ke atas pentas, atau kualitas artistik dalam mewujudkan realitas teater tetapi yang paling utama, peristiwa pergulatan produksi teater sebagai wahana dalam menghadirkan peristiwa teater.
Kerja teater didalamnya ada sutradara sebagai seniman inovasi, berkelahi pikiran dengan kelompok kerja artistik (pemeran, dan penata artistik). Juga dengan pimpinan produksi dan jajaran non-artistiknya. Kerja teater ini dilakukan secara bersama-sama, biasanya enam bulan bahkan sampai satu tahun. Kerja menafsirkan- pemilihan-penemuan-mempertahankan-menyusun hasil-memperbaiki kesalahan-penghalusan yang berujung ke pertunjukan.
Baca Selengkapnya - Berteater Itu Mudah tapi Tidak Gampang