Citrawati versi Solo, diambil dari http://teguhrahardjo.blogspot.com/2010_04_01_archive.html
CITRAWATI
Dewi Citrawati adalah istri kedua Prabu Arjuna Sasrabahu dari negeri Maespati.Dewi Citrawati adalah kakak Prabu Citragada dari kerajaan Magada.Yang melamar Dewi Citrawati adalah utusan Prabu Arjuna Sasrabahu,bernama Patih Suwanda alias Bambang Sumantri.Sebelum membawa Dewi Citrawati ke Maespati,terlebih dahulu Patih Suwanda harus berperang melawan Prabu Darmawasesa dari Kerajaan Widarba dengan pasukan raksasanya.
Raja yang terkenal sakti itu sebenarnya telah lebih dahulu melamar Dewi Citrawati,tetapi Sang Dewi tidak menyukainya.Namun untuk terang-terangan menolak lamarannya,Prabu Citragada tidak berani.Setelah Patih Suwanda berhasil membunuh Prabu Darmawasesa,ia harus menyediakan syarat perkawinan lainnya,yaitu mencarikan Putri Domas atau Maru Domas,yakni 800 orang gadis yang bersedia menjadi madu Dewi Citrawati.
Setelah syarat itu dapat dipenuhi,Patih Suwanda kemudian memboyong Dewi Citrawati ke Maespati.Namun Patih Suwanda menjadi berubah pikiran setelah memasuki perbatasan Kerajaan Maespati,dia tidak meneruskan perjalanannya melainkan malah menantang rajanya,Prabu Arjuna Sasrabahu agar bersedia bertanding dengannya sebelum menyerahkan Dewi Citrawati.Karena tantangan ini Prabu Arjuna Sasrabahu menjadi marah,lalu triwikrama,tubuhnya berubah menjadi makhluk yang besar sekali yang disebut brahala.Melihat hal itu Patih Suwanda menjadi ketakutan dan segera mengaku kalah,maka Patih Suwanda pun akhirnya dipecat.
Sementara itu,setelah menjadi permaisuri Kerajaan Maespati,Dewi Citrawati membujuk suaminya,agar mau memindahkan Taman Sriwedari untuknya,dipindah secara utuh dari Kahyangan Untarasegara ke Kerajaan Maespati.Permintaan ini cukup memusingkan Prabu Arjuna Sasrabahu.Oleh Raja Maespati,tugas pemindahan Taman Sriwedari itu diberikan kepada Patih Suwanda alias Bambang Sumantri.Semula Patih Suwanda tidak sanggup,tapi untunglah ia bertemu adiknya,Sukrasrana.Adiknya inilah yang akhirnya membantu memindahkan Taman Sriwedari ke Maespati dalam keadaan utuh.
Dewi Citrawati yang dalam pewayangan diceritakan sebagai titisan Dewi Sri,ternyata banyak permintaannya.Dia karakter wanita yang selalu ingin memanfaatkan kekuasaan suaminya untuk kesenangannya sendiri.Sesudah pemindahan Taman Sriwedari berhasil,ia minta pada suaminya agar membendung Sungai Gangga untuk dia bisa berenang-renang bersama dayang-dayangnya.Guna menyenangkan istrinya,Prabu Arjuna Sasrabahu lalu melakukan triwikrama sehingga tubuhnya berubah wujud menjadi raksasa yang amat besar.Ia tidur melintang di sungai,sehingga tubuh besarnya berfungsi sebagai bendungan.Pembendungan sungai inilah yang akhirnya menyebabkan perang antara pasukan Alengka dengan Maespati.Waktu itu Prabu Dasamuka sedang memimpin tentaranya berkemah di tepi sungai itu.Akibat pembendungan yang dilakukan Prabu Arjuna Sasrabahu itu air Sungai Gangga meluap,menggenangi perkemahan bala tentara Alengka.Hal ini membuat marah Dasamuka.Bersama pasukan raksasanya,Dasamuka menyerang tempat Dewi Citrawati berenang.Bambang Sumantri alias Patih Suwanda mencoba menghalang-halangi serbuan tentara Alengka dan amukan Dasamuka,tetapi gagal,malah Patih Suwanda gugur di tangan Prabu Dasamuka. (Artikel ini diambil dari http://teguhrahardjo.blogspot.com/2010_04_01_archive.html).
Dewi Citrawati adalah istri kedua Prabu Arjuna Sasrabahu dari negeri Maespati.Dewi Citrawati adalah kakak Prabu Citragada dari kerajaan Magada.Yang melamar Dewi Citrawati adalah utusan Prabu Arjuna Sasrabahu,bernama Patih Suwanda alias Bambang Sumantri.Sebelum membawa Dewi Citrawati ke Maespati,terlebih dahulu Patih Suwanda harus berperang melawan Prabu Darmawasesa dari Kerajaan Widarba dengan pasukan raksasanya.
Raja yang terkenal sakti itu sebenarnya telah lebih dahulu melamar Dewi Citrawati,tetapi Sang Dewi tidak menyukainya.Namun untuk terang-terangan menolak lamarannya,Prabu Citragada tidak berani.Setelah Patih Suwanda berhasil membunuh Prabu Darmawasesa,ia harus menyediakan syarat perkawinan lainnya,yaitu mencarikan Putri Domas atau Maru Domas,yakni 800 orang gadis yang bersedia menjadi madu Dewi Citrawati.
Setelah syarat itu dapat dipenuhi,Patih Suwanda kemudian memboyong Dewi Citrawati ke Maespati.Namun Patih Suwanda menjadi berubah pikiran setelah memasuki perbatasan Kerajaan Maespati,dia tidak meneruskan perjalanannya melainkan malah menantang rajanya,Prabu Arjuna Sasrabahu agar bersedia bertanding dengannya sebelum menyerahkan Dewi Citrawati.Karena tantangan ini Prabu Arjuna Sasrabahu menjadi marah,lalu triwikrama,tubuhnya berubah menjadi makhluk yang besar sekali yang disebut brahala.Melihat hal itu Patih Suwanda menjadi ketakutan dan segera mengaku kalah,maka Patih Suwanda pun akhirnya dipecat.
Sementara itu,setelah menjadi permaisuri Kerajaan Maespati,Dewi Citrawati membujuk suaminya,agar mau memindahkan Taman Sriwedari untuknya,dipindah secara utuh dari Kahyangan Untarasegara ke Kerajaan Maespati.Permintaan ini cukup memusingkan Prabu Arjuna Sasrabahu.Oleh Raja Maespati,tugas pemindahan Taman Sriwedari itu diberikan kepada Patih Suwanda alias Bambang Sumantri.Semula Patih Suwanda tidak sanggup,tapi untunglah ia bertemu adiknya,Sukrasrana.Adiknya inilah yang akhirnya membantu memindahkan Taman Sriwedari ke Maespati dalam keadaan utuh.
Dewi Citrawati yang dalam pewayangan diceritakan sebagai titisan Dewi Sri,ternyata banyak permintaannya.Dia karakter wanita yang selalu ingin memanfaatkan kekuasaan suaminya untuk kesenangannya sendiri.Sesudah pemindahan Taman Sriwedari berhasil,ia minta pada suaminya agar membendung Sungai Gangga untuk dia bisa berenang-renang bersama dayang-dayangnya.Guna menyenangkan istrinya,Prabu Arjuna Sasrabahu lalu melakukan triwikrama sehingga tubuhnya berubah wujud menjadi raksasa yang amat besar.Ia tidur melintang di sungai,sehingga tubuh besarnya berfungsi sebagai bendungan.Pembendungan sungai inilah yang akhirnya menyebabkan perang antara pasukan Alengka dengan Maespati.Waktu itu Prabu Dasamuka sedang memimpin tentaranya berkemah di tepi sungai itu.Akibat pembendungan yang dilakukan Prabu Arjuna Sasrabahu itu air Sungai Gangga meluap,menggenangi perkemahan bala tentara Alengka.Hal ini membuat marah Dasamuka.Bersama pasukan raksasanya,Dasamuka menyerang tempat Dewi Citrawati berenang.Bambang Sumantri alias Patih Suwanda mencoba menghalang-halangi serbuan tentara Alengka dan amukan Dasamuka,tetapi gagal,malah Patih Suwanda gugur di tangan Prabu Dasamuka. (Artikel ini diambil dari http://teguhrahardjo.blogspot.com/2010_04_01_archive.html).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar