Keduanya pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Drama memiliki arti perbuatan atau tindakan. Berasal dari bahasa Yunani (negara yang ingin sekali ane kunjungi setelah Mekkah … hehehe …) yaitu Draomai yang berarti berbuat, berlaku atau bertindak. Menurut Aristoteles sendiri, drama adalah imitasi dari suatu tindakan manusia. Sedangkan menurut Moultan, drama adalah kehidupan yang dilukiskan dengan gerak.
Dalam bahasa Belanda sendiri, drama dimaknai dengan Toneel atau sandiwara yang berarti pertunjukkan. Bila dapat disimpulkan, drama diartikan sebagai bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakon dan dialog. Seni drama sendiri merupakan perpaduan seni sastra, seni musik, seni rupa, dengan seni tari. Drama adalah potret kehidupan manusia yang berupa lakuan dan dialog. Dalam drama seseorang memerankan sebuah tokoh dengan meniru watak dan gerak asli di kehidupan sehari – hari.
Bahasa merupakan unsur utama dalam drama. Selain bahasa ada lagi yang menjadi unsur yang tak kalah pentingnya dengan bahasa, yaitu gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Namun, dalam drama bahasa harus dioptimalkan dengan sebaik – baiknya untuk intonasi dan tempo kalimatagar dapat menyampaikan pesan secara sempurna.
Berbicara dengan gerak, posisi, ekspresi dan yang lainnya sudah mengarah pada pengertian drama sebagai seni pementasan. Dalam hal ini drama sama artinya dengan teater. Istilah teater berasal dari Yunani yaitu theatron, yang artinya adalah takjub memandang atau melihat. Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak.
Namun, untuk membedakan drama dengan teater secara lebih mudah, kata drama diartikan sebagai lakon yang dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas, sedangkan teater diartikan sebagai tempat lakon itu dipentaskan. Dengan demikian, seharusnya kita bukan mengajak bermain teater tetapi bermain drama dan bukan menontor teater tetapi menonton drama di teater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar